Total Tayangan Halaman

Minggu, 12 Januari 2014

Giko Stories

Seorang pria muda berumur 19 tahun berdiri tepat di ruang tengah, sambil menata barang antik yang baru dibelinya. Lukisan serta perabot berkesan antik telah ia pilih, dan yup ia tata di bagian ruang tengah.
“uhmm... sepertinya sudah pas kuletakkan di ruang tengah”. Gumam Giko, sambil memberi jempol ke arah barang yang tadi di tatanya, menandakan sudah rapi.

Tiba tiba terdengar suara, “Mama!!!” teriak seseorang dari jauh penuh sayat pilu hingga menusuk rongga jantungku. Teriakan itu terdengar jelas seperti merusak gendang telingaku. Namun tak di hiraukannya teriakan itu, tak lama kembali terdengar “Ada ngga sih orang yang bisa mendengar keluh kesahku?” Sosok bayangan hitam berbisik ditelinganya “Giko...”, “Siapa itu?” teriak Giko, bulu romanya berdesir.

Malam yang hebat, benar benar membuatku merinding. Padahal belum lama Giko menempati rumah itu, namun rasanya seperti ada yang ingin menakutiku. Memang rumah ini terkesan seperti rumah abad ke 15 tepatnya di Inggris, London, dengan apik tertata lukisan Van Helsing di atas meja kayu cendana yang baru di belinya.

“Sebaiknya aku segera tidur”. Gumamnya dalam hati. Segera ia beranjak dari ruang tengah ke kamarnya dengan sedikit berlari, keringat dingin bercucuran membasahi seluruh pakaiannya.
“Kenapa kamu lari??” bisikan terdengar di daun telinganya lagi.

Bulu roma Giko semakin meremang tak karuan, hingga ia menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal di atas kasur.

“Kenapa kamu takut padaku???” ucapan itu seperti berada di sebelahnya.
“Kamu siapa???” ucap Giko pelan, hampir tak bersuara.
Bayangan hitam itu tiba tiba muncul di sebelahnya, dan berkata
“Aku siapa? Tak seharusnya kau bertanya padaku, Hahaha”. Ucapnya parau menyayat, sambil tertawa.
“Pergi kamu!!!” teriak Giko, sambil melempar bantal guling ke arah bayangan itu. Tak lama Giko membuka matanya tak ada siapa pun!!! Giko tersentak dan semakin bergidik.
Teng!!! Teng!!! Teng!!! Lonceng berdentum keras di seantero rumahnya, menunjukkan tepat pukul 12.00 “aku harus segera tidur” ucapnya dalam hati, sambil mengambil seluruh bantal guling yang telah tergeletak dilantai, dan kembali kekasur. Usaha ia kerahkan untuk segera terlelap, dan akhirnya ia tertidur pulas dengan keringat dingin bercucuran di seluruh badannya.

***

Matahari mulai meninggi dari ufuk timur masuk di sela sela gorden yang terpasang di kamarnya.
“Hoaaam....” Ia menatap ke arah jam weker yang berada di meja sebelah kasurnya menunjukkan pukul 07.20.

“Woaah!!! Telat masuk kerja!!!” teriak Giko panik sambil mengacak rambut kepalanya.
Ia beranjak dari kasurnya, bergegas lari ke kamar mandi hingga hampir terjatuh dari tangga, karena kamarnya yang berada di lantai 2, kebetulan kamar mandi di lantai 2 sedang rusak jadi ia harus ke kamar mandi di lantai 1. Shower pun ia hidupkan dengan tergesa gesa, usai mandi ia bergumam. “Aaahhkkkkk.... lupa bawa baju salin!!!” teriaknya, dan segera ia menyelimuti tubuhnya dengan handuk. Berlari ke kamarnya lagi dan memakai pakaian wajib dipertokoan ( seragam putih hitam ) kebetulan ia bekerja di bookstore bernama luminous ray sebagai cashier.

Motornya pun dinyalakan dan bergegas pergi ke tempat kerjanya.

***

“Tumben kamu telat Igo!!!” ucap manager toko buku itu.
“Kalo saya kasih tau bapak pasti bapak ngga bakal percaya” gumamnya dalam hati, kebingungan harus mengucapkan apa.
“hmm... anuu... saya tadi pecah ban pak” ucap Giko asal.
“ohh... pantes kamu telat Igo. Baiklah gak apa, toh kamu baru 1 kali telat. Tapi ingat jangan di ulangi Igo.” Ucap manager itu.

Pasti kalian heran mengapa Giko di panggil Igo, karena kebiasaan seluruh teman maupun atasannya di tempat itu memanggilnya begitu karena mereka menganggap dengan memanggilnya seperti itu akan menjadi akrab padanya. Maklum wajahnya tampan persis artis jepang, Hana Kimi sampai sampai Yaoi pun terpikat karna wajahnya.

Obrolan demi obrolan terlontar antar pekerja dan pembeli di bookstore tempat Giko bekerja, namun Giko hanya terlamun di depan meja cashier memikirkan kejadian yang terjadi padanya semalam.
“Igo... Igo...ooo...” seorang gadis mungil memanggil Giko, namun tak ia hiraukan gadis itu.
“Igo!!!” teriak gadis itu, tepat di telinga Giko.

“Haaa??? Apa apa? Ada apa?” Ucap Giko sambil memutar matanya ke seluruh sudut toko buku. Tak satupun ia dapati.
“Igo!!! Di sini!!!” ucap gadis kecil itu.
“haa? Kamu toh, ada apa adik kecil?” ucap Giko, memamerkan giginya yang tersusun rapih.
“Adik kecil? Ngejek yah kak? Mentang – mentang aku pendek.” ucap gadis kecil itu, dengan muka cemberut.
“Hahaha, jadi apa dong?” ucap Giko, jail.
“Kakak kan udah kenal aku kak, aku kan langganan kalo beli comic harus kakak kasirnya.” Ucap gadis itu polos.
“Hahaha, iya iya Riu-chan. Mana comic yang kamu beli?” ucap Giko, manis.
“ini kak,” ucap Riu, sambil memberi comic yang telah di pilihnya.
“43.000 rupiah dik.” Ucap Giko, tersenyum tipis.”
“Makasih kak.” bisik Riu, seraya mengecup pipi Giko.
“Pipiku memerah? Kenapa ini?” gumam Giko dalam hati.
“Dada... ka....” Ucap Riu, sambil melambaikan tangannya.

***

“Hmm... aneh tiba tiba spontan aku mencium pipi kak Giko” gumam Riu dalam hati.
Di kasur empuk dengan suasana kamar bertemakan Doraemon lengkap dengan temannya, di temani comic yang baru ia beli dari toko buku langganannya berjudul Clannad.
“Riii...? tumben belum tidur siang?” ucap pria tua paruh baya yang tiba tiba masuk ke kamarnya.
“Iya pa, lagi males tidur nih pa.” Ucap riu polos.
“Ohh... ya udah, nanti kalo ngantuk tidur. Jangan di paksain. Oke?” ucap papa.
“Oke pa.” Ucap riu, tersenyum.
Riu memutar mutar comic yang baru dibelinya sambil memikirkan wajah Giko,
“Tampan, manis,” gumamnya dalam hati.
“kenapa aku memikirkannya?” gumam Riu lagi,
“sepertinya aku menyukainya, tapi kenapa? Aku hanyalah seorang anak rumahan berumur 14 tahun.” Gumamnya dalam hati.
“sebaiknya aku segera tidur,” pikirku dalam hati.

***

Hari yang melelahkan seusai kerja di toko buku hingga sore hari begini, benar benar sepi di toko buku saat itu.
“Aku pulang ya Mizuo.” Ucap Giko, sambil tersenyum.
“oke hati hati di jalan Igo!” Ucap lelaki dengan model rambut spiky berumur 23 tahun tinggi kira kira 172cm.
“Daa....” ucap Giko, seraya meninggalkan bookstore.
“Apa aku harus pulang??? Apa aku akan melihat sosok bayangan itu lagi di rumahku?” gumamku dalam hati. “Sebaiknya tidak.” Gumam Giko, meyakinkan dirinya.
Matahari hampir tenggelam di ufuk barat, langit pun mulai berwarna oranye. Giko terdiam tepat di depan pintu rumahnya sendiri, terpaku!!!
“masuk aja deh, semoga tak terjadi apapun.” Gumam Giko.
“selamat datang tuan rumah.” Sapa bayangan hitam, seketika muncul di hadapannya dengan membuka pintu rumah Giko.

“Weeeq? Apaan nih? Kamu tuh siapa sih?” dengus Giko kesal.
“Haaa? Maksudnya?” ucap bayangan itu.
“Jangan bercanda kamu!!!” bentak Giko.
“hmm... kemarin? Saya ga kesini kak.” ucap bayangan hitam itu.
“lah terus kamu siapa dong? Masa beda sama yang kemaren?” balas Giko, kebingungan.
“mungkin kakak saya.” Ucap bayangan hitam itu.
“emang namamu siapa?” Ucap Giko.
“saya? Rilo” ucap bayang hitam itu.
“Kenapa kamu beda sama kakak kamu?” tanya Giko, heran.
“Mungkin karena kakakku, dan aku... telah di bunuh oleh bibiku sendiri kak Giko.” Ucap Rilo.
“Ohh... begitu.” Ucap Giko, pura pura tenang. Namun hatinya bergemuruh takut, tapi Giko sadar bahwa mungkin Rilo tak berbohong padanya saat ia perhatikan tinggi bayangan itu jelas jauh berbeda dari yang kemarin menakutinya.

Tak dapat ia bayangkan 2 hari berturut turut telah terjadi hal aneh dalam hidupnya setelah 1 minggu ia tempati rumah itu. Giko langsung berlalu dari depan pintu, beralih ke dapur mengambil segelas air putih untuk menenangkan dirinya.
Gludak!!! Bruuukk!!! Braaaaak!!! Suara begitu keras dekat pintu dapur, hingga Giko terlonjak kaget memecahkan gelas yang tengah ia pegang
Praaaaaaaaaaaaank!!! Keringat dingin mengucur hingga membasahi seluruh pakaiannya. Tak pikir panjang ia berlari ke kamarnya dan mengunci pintu kamarnya. Terdengar perbincangan dari luar.

“Kak Uska, jangan nakutin Igo!!!” bentak Rilo.
“Haa? Ga salah de? Dia itu manusia!!!” Bentak Uska, tak kalah kuat.
“Tapi kak!!! Dia baik.” Ucap Rilo, polos.
“Kita itu beda dunia de!!! Kita harus takutin dia!!!” ucap Uska.
“Tapi kak, kan dia ga ganggu kita.” Jelas Rilo.

Namun kakaknya tetap berlalu masuk ke kamar Giko. Membuat kegaduhan di kamarnya, seluruh barang Giko yang tengah tertata rapi, brantakan!!!
Giko merasa penasaran dan mengintip bayangan itu yang tengah mengobrak abrik seluruh barang yang telah ia tata apik dari balik selimut. Ia tatap jam telah menunjukkan pukul 19.21
“Huuuhhh... aku belom mandi!!!” gumam Giko, sambil mengacak rambutnya.
“Gara gara bayangan sialan, aku jadi takut gini.” Gumam Giko lagi.
“Ada apa tuan rumah?” ucap Uska lirih.
“Woaaaah!!!” tubuhku kembali bergidik ketakutan.
“Rasanya tubuhku makin menegang,” takut tak karuan. Seketika kesadaran Giko perlahan memudar, hingga tak sadarkan diri.

***

“Sudah malam?” gumam Riu dalam hati, dan beranjak dari tempat tidurnya ke kamar mandi, membasuhi mukanya dengan air jernih.
Riu menuruni anak tangga rumahnya ke ruang dapur.
“Papa... laper, ohh ya mana mama pa?” Tanya Riu polos.
“itu rii udah ada di meja makan, ambil aja. Mama? Ngga ada tuh dari tadi belom pulang Rii.” Ucap papa, tersenyum.
“Ohh, papa ngga kerja?” Tanya Riu lagi.
“Papa tadi udah pulang Rii, jam 7 malem.” Ucap papa, tersenyum lagi.
“Haaa!!! Sekarang emang jam berapa pa?” Tanya Riu, kaget!!!
“Udah jam 9 malem rii, mungkin mama nanti pulang jam 10.” Ucap papa.
“Ohh, ya udah deh. Aku makan dulu pa.” Ucap Riu, tersenyum.
“Aneh, kukira ini masih jam 7 malam” gerutu Riu dalam hati.
Riu makan di ruang makan di temani sebatang lilin biru, dengan wangi blueberry kesukaannya. Hening Menyelimuti saat dirinya tengah makan di ruang makan. Hampir tak dapat berfikir, seluruh pikirannya dipenuhi dengan nama Giko setiap kali sesendok nasi tengah menyentuh bibirnya.

Gikoo? Gikoo? Gikoo? kenapa aku selalu memikirkanmu?” gumam Riu.
Rasanya atmosfer bumi telah tergantikan dengan nama Giko dipikiran Riu, hingga tak ada kata lain selain kata Giko yang tertulis di otaknya, saat sedang menikmati makan malam yang telah tersedia.

“Rii!!!” ucap papa, memanggil Riu.
“Ya Giko-san?” Ucap Riu, spontan.
“Giko siapa Rii? Hayo Rii udah suka sukaan ya sama cowo,” ucap papa, jail.
“Ihkk... apa sih papa nih. Udah ahk Rii mau tidur.” Ucap Riu.

***

“Apa aku bermimpi?” gumam Giko dalam hati, saat terbangun.
Ia lihat seluruh kamarnya seperti kapal pecah, bak orang usai bertempur. “Apa yang terjadi?” gumam Giko lagi. Ia dapati sesosok bayang hitam kira kira dengan tinggi 156cm, “Rilo? Apa ini kenyataan?” gumam Giko dalam hati,

“sebaiknya tak kuhiraukan” gumam Giko lagi.
Sungguh hari yang membingungkan buatnya, ia tatap jam menunukkan tepat pukul 01.12 dini hari.

“Gilaaaaaaaaaaaaaaa!!! Aku kebangun jam segini? Dengan keadaan kamar begini? Sebaiknya sesegera mungkin kubenahi seluruh barangku.” Gumam Giko kesekian kalinya.
Giko beranjak dari kasurnya, membenahi seluruh perabotan kamarnya yang telah berantakan karna ulah Uska, satu persatu ia tata kembali ke tempat semula. Seusai membenahi perabot kamar, ia langsung berlalu dari kamar menuju dapur rumah mengambil sebotol air dingin dari kulkas.
Gludaaaaaak!!! Suara perabot jatuh terdengar kembali dari ruang tengah rumahnya, memaksa diri Giko untuk mengecek apa yang tengah terjadi di ruang tengah rumahnya.

“Uska!!! Berhenti!!! Apa salah saya sama kamu haa??” ucap Giko mulai tak tahan.
“Diam kamu!!! Ini harusnya rumah milikku!!!” ucap Uska lirih.
“rumahmu? Tapi kan kamu sudah meninggal?” ucap Giko.
“Ia memang aku meninggal, namun 4 tahun lalu aku berada disini bersama adikku Rilo.” Ucap Uska menjelaskan penuh lirih, dengan kata kata yang menyayat hati.
“Haa? Kamu di bunuh siapa?”
“Aku... anuu... bibiku Gii...” ucap Uska lirih.
“Aku tau bagaimana rasanya pasti sangat sakit, di bunuh bibi sendiri. Lalu bagaimana dengan bibimu?” ucap Giko pelan.
“Entah kemana ia pergi.” Ucap Uska.
“Hmm... begitu. Aku memperbolehkanmu tinggal bersamaku Uska asal jangan begini, aku kan juga jadi repot Uss...” ucap Giko, menjelaskan.

“Makasih Giko.” Ucap Uska dengan nada yang berbeda, sepertinya nada bahagia. Syukurlah.
Setelah percakapan itu usai Giko menatap jam tengah menunjukkan pukul 03.23, ia segera meninggalkan Uska sendiri dan mengucap selamat malam, berlalu menuju kamarnya di lantai 2 untuk merebahkan tubuhnya yang merasa kelelahan karena kejadian 2 hari terakhir ini, di atas kasur empuk berkesan ukiran kuno.

***

Langit yang masih hitam pekat terlihat di depan mata Giko, ditemani Uska yang berada di samping kasurnya.

“Ngapain us!!!” pekik Giko, kaget.
“Ngebangunin kamu Gii... ini kan aku yang bangunin.” Keluh Uska.
“ohh, sorry sorry, ga tau. Hahaha.” Tawa Giko pecah seketika.

Benar benar tak terduga untuknya setelah sekian hari ia mengalami kejadian aneh, pada akhirnya yang terjadi seluruh bayangan itu berteman padanya. Ternyata Uska sang bayangan dahulunya adalah pemilik rumah yang saat ini tengah Giko tempati sebagai rumah Giko. Entah bagaimana ini Giko alami dengan sedemikian kejadian, hahaha mungkin jika ia bercerita pada manager toko bias saja manager toko mengira Giko tengah menjadi Gila karena kerja terlalu berat.
Eiiitt!!! Sebaiknya ia bergegas mandi untuk bekerja kembali di Bookstore Luminous  Ray.

“Pakaian kerja?” Tanya Uska
“Haha tentu tak tertinggal lagi,lah” jawab Giko.
“Handuk?” Saut Uska.
“Bawa dong, nih liat” jawab Giko, sambil menunjukkan Handuknya di hadapan Uska.
“Perlengkapan mandi? Gimana?” Tanya Uska, lagi.
“Ohh... iya ketinggalan.” Jawab Giko. Sambil nyengir.
“Hahahahaha. Dasar pikun ya Giko?” goda Uska jail.
“Hahaha, ngga ahk biasa aja.” Jawab Giko.

Uhmm hari yang aneh, tentunya. Uska terlalu cerewet seperti ibuku dulu. Dia padahal bukan seorang wanita, melainkan pria yang telah meninggal pada usi 16 tahun mungkin jika ia masih hidup saat ini usianya 20 tahun dan bias menjadi teman seperjuangan di tempat kerja.
“Aku pergi!!!” Ucap Giko.
“Iya Giko hati hati.” Balas Uska, dengan nada lembut. Yah maklum lah orang bayangan mana bisa keliatan mukanya, hahaha.

***

“Igo? Tumben sekarang kepagian? Ini kan masih jam 6 pagi?” ucap manager toko.
“Hahaha, ga apa pak. Lagi semangat nih pak.” Ucap Giko, meyakinkan.

“Yah, bagus deh.” Ucap manager toko, sambil menggelengkan kepala saat berbalik tubuh membelakangi Giko. Giko hanya tertawa dalam hati melihat tingkah pak manager toko begitu kebingungan saat kemarin dan hari ini tentunya.

Tiba - tiba dering telfon berbunyi, kulihat ponselku ternyata benar tertera nama Riu di layar ponselku, kutekan tombol hijau pada bagian kiri. terdengar suara dari ujung sana, "Kak Igo, Rii... sayang kakak." ucapnya dari kejauhan. Aku sontak langsung terkaget, namun tak ku jawab ucapan itu. Aku matikan ponselku dan semua berakhir di depan mesin kasir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar